KHUSNUL KHOTIMAH
Firman Allah swt:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (AL'ANKABUUT 57).
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (AL ANBYAA' 35)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.(ALI 'IMRAN 185).
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya). (YUNUS 49).
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (AL JUMU'AH 08).
Dari ayat-ayat di atas kita mendapatkan informasi dengan jelas bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap makhluk Allah Swt yang bernafas dan waktunya pun sudah di tentukan. Tapi sayang kita tidak bisa mendapatkan informasi tentang kapan, dimana dan diwaktu apa makhluk menemui ajalnya, karena hal itu adalah hak prerogatif Allah Swt. Akan tetapi yang paling penting bagi kita adalah berusaha dan berdoa agar supaya akhir kehidupan kita berakhir dengan husnul khotimah dan bukan su`ul khotimah.
Karena kita telah mengetahui bahwa dalam kematian hanya ada dua pilihan yaitu husnul khotimah dan su`ul khotimah. Dan yang mengetahui kematian seseorang khusnul khotimah atau su`ul khotimah secara hakiki hanyalah Allah Swt, namun Allah Swt menginformasikan kepada kita melalui nabi Muhammad Saw tentang tanda-tanda seseorang yang mati dengan membawa gelar husnul khotimah, yang dapat kita ketahui saat seseorang dalam keadaan sakaratul maut.
Berikut ini sebagian kecil tanda-tanda seseorang mati dalam keadaan husnul khotimah :
1. Ditinjau dari kata-kata terakhirnya, apabila kata-kata terakhirnya adalah kalimah-kalimah toyyibah, maka itu tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.
Dari Mu`adz bin Jabal Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Barang siapa ucapan terakhirnya : La ilaha illallah, maka dia masuk surga" (HR Abu Daud & Al-Hakim).
Dari Anas bin Malik Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sebaik-baiknya dzikir adalah La ilaha illallah dan sebaik-baiknya doa adalah Alhamdulillah" (HR At-Turmudzi & Ibnu Majah).
Karena itulah sunnah hukumnya membimbing orang yang sedang sakaratul maut untuk mengucapkan kalimat tahlil.
Dari Abi Sa`id Al-Hudri Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Bimbinglah orang mati kalian untuk mengucapkan La ilaha illallah" (HR Muslim).
2. Di tinjau dari aktifitas terakhirnya, apabila seseorang di masa-masa akhir hidupnya beribadah baik ibadah mahdho maupun ghoiru mahdho dan dia meninggal dalam keadaan beribadah atau usai menjalankan ibadah maka itulah tandanya dia mati dalam keadaan husnul khotimah.
Dari Ali bin Abi Tholib Ra, Dia berkata : "Suatu hari saya akan menunaikan sholat subuh di mesjid bersama Rasulullah Saw, tapi ditengah jalan aku bertemu dengan seseorang yang sudah renta juga mau ke mesjid untuk menunaikan sholat subuh, aku terus berjalan dibelakangnya, dan ketika kami berdua sampai di mesjid ternyata sholat berjamaah sudah usai, akhirnya aku sholat subuh berjamaah dengan kakek itu, dan ketika aku salam tahiyyat akhir si kakek tetap bersujud dan ternyata si kakek telah meninggal dunia, lalu para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, "Ya Rasulullah, bagaimana keadaan kakek ini di akherat?" Rasulullah menjawab, "Dia masuk surga" (HR Ahmad & Daruqutni).
3. Di tinjau dari hari terakhirnya (hari jum`at), begitu banyak orang-orang sholih yang meninggal dunia pada hari jum`at, karena mati pada hari jum`at adalah tanda kematian husnul khotimah.
Dari Ibnu umar Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Tiada seorang muslim yang meninggal pada hari atau malam jum`at, kecuali Allah akan menyelamatkannya dari siksa kubur" (HR Ahmad & At-Turmudzi).
Dari Abi Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Sebaik-baik hari adalah hari jum`at, karena pada hari jum`at itulah Adam di ciptakan. Pada hari jum`at ia di masukkan ke surga dan pada hari jum`at ia di keluarkan dari surga. Pada hari jum`at ia wafat dan tidak akan terjadi kiamat kecuali hari jum`at" (HR As-Syafi`I dan Ahmad).
4. Di tinjau dari kondisi terakhir fisiknya. Kita sering menyaksikan seseorang meninggal dengan kondisi tubuh yang tidak wajar seperti tubuh gosong, penuh dengan luka dan nanah, berbau busuk, keluar belatung, lidah menjulur dan mata melotot atau bahkan tidak ada yang mau memandikan, mengkafani dan mensholatkan dll. Seseorang yang matinya husnul khotimah tidak akan mengalami kejadian-kejadian seperti diatas, malah sebaliknya seperti wajah mayit terlihat tenang dan damai bahkan ada yang tersenyum, banyak yang berta`ziyah dan mensholatkan dll.
Dari Abu Darda Ra, Rasulullah Saw bersabda : "Tidak akan keluar ruhnya seorang mu`min sampai dia melihat tempatnya di surga, dan tidak akan keluar ruhnya seorang kafir sampai dia melihat tempatnya di neraka" (HR Al-Baihaqi).
Dari Aisyah Ra, Rasulullah bersabda: "Tidak satu mayit pun yang di sholatkan oleh seratus orang kaum muslimin dan semuanya memintakan syafa`at untuknya, pasti syafa`at mereka di terima" (HR Muslim)
Semoga kita bersama di karunia Allah Swt untuk dapat berusaha dan berdoa supaya kita mendapat gelar husnul khotimah di akhir hayat kita. Amin Amin Yaa Robbal Alamin. Wallahu a`lam bisshowaab.
Sumber : Materi Pengajian Masjid Baiturrahman Bontang
Oleh : Ustadz Achmad Buchory Noor
SUUL KHOTIMAH
Sebahagian besar orang yang Soleh-soleh, sangat takut akan Suul Khotimah. Maka ketahuilah sekarang, semoga Allah memberi engkau hidayah bahawa Suul Khotimah itu ada dua tingkatan; masing-masing besar bahayanya.
Tapi ada yang lebih besar bahayanya diantara yang dua itu, iaitu, hati kita di waktu sakaratulmaut atau di waktu payah menderita sakit dengan kepada sakaratulmaut dan sudah zhohir huru-haranya, datang di hati keragu-raguan, atau ketidak percayaan sama sekali terhadap Allah. Maka nyawanya dicabut dalam keadaan tidak beriman, tidak percaya kepada Allah swt. atau dikuasai oleh keragu-raguan, naudzubillah.
Jadi yang menguasainya ialah keruwetan kufur yang menjadi tabir penghalang hatinya antara dia dengan Allah swt. selama-lamanya.
Yang demikian itu akan menyebabkan dia terjatuh dari Allah selama-lamanya, dan azab yang kekal terus menerus tidak bisa terpisah yaitu azab kekufuran, jauh dari Allah swt.
Tingkat yang ke dua : yaitu hatinya dikuasai oleh kecintaan terhadap soal-soal dunia yang tidak ada hubungannya dengan akhirat atau satu keinginan dari soal-soal duniawi yang selalu terbayang di hatinya, misalnya dia sedang membangun sebuah rumah, dan hatinya masghul/berbimbang akan hal itu saja sehingga pada waktu sakaratulmaut, terbayang saja rumah yang belum selesai itu ia tenggelam di dalamnya, hatinya penuh, sampai tidak ada tempat untuk yang lain.
Bila kebetulan nyawanya di cabut dalam keadaan demikian, maka tidak ada tempat bagi Allah swt dihatinya.
Jadi hatinya tenggelam dalam keadaan demikian, kepalanya di jungkir balik; kepalanya kedunia dan kakinya ke Allah swt. Mukanya hanya melihat dunia sahaja, sedangkan punggungnya dikasihkan kepada Allah swt. Kalau muka sudah berpaling daripada Allah, datanglah tabir itu. Kalau tabir penghalang antara dia dengan Allah sudah turun, artinya sudah ada azab itu, siksa sudah ada tak dapat tiada. Sebab api yang menyala-nyala itu, yang disebut dalam
Al-Quran, hanya akan memakan orang-orang yang dihijab itu.
Ada pun orang mukmin yang sehat hatinya, jadi tidak tertambat oleh hubbud-dunya, dan menghadap kepada Allah swt.
Yaitu yang disebut dalam firman Allah yang bermaksud:
"Pada hari itu, hari manusia meninggalkan dunia, tidak ada gunanya uang dan anak-anak. Yang selamat hanyalah orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sehat". Artinya sehat tidak ada penyakit hubbu-dunya.
Kepada orang itu, maka api neraka berkata:
"Boleh engkau lewat wahai orang mukmin, sebab nur yang afdhal di hatimu itu sudah memadamkan nyala apiku". Ini diriwayatkan dalam hadis Ya'la bin Munabbih.
Kalau kebetulan dicabut nyawanya dalam keadaan tertarik oleh hubbu-dunya, dikuasai oleh hubbu-dunya (hubbu-dunya itu cintakan dunia yang tidak ada hubungannya dengan akhirat), ini sangat berbahaya sekali. Sebab, manusia itu matinya bagaimana hidupnya, begitu hidupnya begitu pula matinya, juga begitu matinya begitu pula bangkitnya dari kubur, jadi keadaannya berantai.
Apabila engkau bertanya: "Apa yang menyebabkan suul khotimah itu ?". Maka jawabnya: Ketahuilah bahwa sebab-sebabnya banyak, tidak bisa diperinci satu per satu tetapi bisa ditunjukkan pokok-pokoknya saja.
Ada kalanya karena mati dalam keragu-raguan dan dalam keadaan terhijab. Sebab-sebabnya bisa disingkatkan menjadi dua sebab.
Seseorang bisa jadi Suul Khotimah, padahal dia itu seorang yang warak zuhud dan solleh. Mengapa sampai demikian??
Karena di dalam iktikadnya ada bidaah, bertentangan dengan iktikad yang yang diiktikadkan oleh Rasulullah SAW, sahabat dan tabi'iinya. Ia memang rajin solatnya, rajin membaca Al-Quran, sampai kata Rasulullah (tentang khawaridj itu) :"Membaca Al-Quran lebih rajin dari kamu (para sahabat) dan solatnya lebih rajin daripada kamu; sampai masing-masing jidadnya(dahinya) hitam , tapi mereka membaca Al-Quran tidak sampai ke lubuk hatinya dan solatnya tidak diterima oleh Allah swt." Oleh itu iktikad bida'ah di dalam hati adalah sangat berbahaya, seperti mengiktikadkan apa-apa yang nantinya dapat menyesatkan dia kepada kepercayaan bahwa Allah seperti makhluk Misalnya : betul-betul duduk dalam Arash, padahal Allah itu Laisakamislihi syai'un.
Kelak apabila pintu hijab itu telah terbuka, maka dapatlah diketahui bahwa Allah itu tidaklah sebagaimana yang kau lukis dalam hati, akhirnya nanti akan ingkar kepada Allah. Nah di kala itu ia akan mati dalam Suul Khotimah. Kelak kalau orang sudah sakaratulmaut dan terbuka hijab, baru menyadari bahwa urusan ini demikianlah sebenarnya.
Kalau tidak sama dengan apa yang ditekadkan dalam hatinya, dia akan bingung. Nah, dalam keadaan begitu dia matinya dalam Suul Khotimah, meskipun amal-amalnya baik, nauzubillah. Maka yang paling penting itu adalah iktikad.
Tiap-tiap orang yang salah iktikad karena pemikirannya sendiri atau karena ikut-ikutan pada orang lain, ia jatuh dalam bahaya ini. Kesholehan dan kezuhudan serta tingkah laku yang baik, juga tidak mampu untuk menolak bahaya ini.
Bahkan tidak ada yang akan menyelamatlkan dirinya melainkan iktikad yang benar. Kerana itu perhatian leluhur kita kepada yang baik-baik karena didasari iktikad baik. Orang yang fikirannya sederhana adalah lebih selamat. Sederhana, tidak berfikir secara mendalam, meskipun bisa dikatakan orang kurang ilmunya, tapi ia lebih selamat daripada orang yang berlagak mempunyai ilmu, tapi dasar iktiqadnya tidak benar.
Orang yang sederhana itu, ialah orang yang beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya, kepada Akhirat, dan ini hanya garis besarnya saja. Nah inilah selamat.
Kalau kita tidak mempunyai waktu untuk memperdalam pengetahuan ilmu Tauhid, maka usahakan dan perjuangkan agar dalam garis besarnya kita tetap yakin dan percaya; seperti itu sudah selamat. Cukup kalau didalam hatinya ia berkata :
"Ya saya beriman kepada Allah S.W.T., hakikatnya berserah diri kepada Allah, dan iman kepada akhirat dan sebagainya, dalam garis besarnya saja". Terus dia beribadah dan mencari rezeki yang halal dan mencari pengetahuan yang berguna bagi masyarakat, sebetulnya itu lebih selamat bagai orang yang tidak sempat belajar secara mendalam.
Tapi iman yang hanya secara garis besarnya saja harus kuat; seperti petani-petani yang jauh dari kota dan orang-orang awam yang tidak berkecimpung dalam perdebatan yang tidak menentu.
Rasulullah s.a.w. suka memperingatkan, pada suatu waktu ada orang-orang yang sedang berdebat tentang takdir sampai berlangsung lama, melihat ini Rasulullah sampai merah padam wajahnya, lalu berpidato : "Sesatnya orang-orang yang dulu itu kerana suka berdebat, antara lain tentang qada dan qodar".
Dan baginda bersabda:
"Orang-orang yang asalnya benar, tapi kemudian sesat, itu dimulai karena suka berbantah-bantahan".
Berbantah-bantahan itu kadang-kadang memperebutkan hal-hal yang tidak ada gunanya.
Sabda Rasulullah s.a.w.:
"Sebahagian besar daripada penghuni syurga itu adalah orang-orang yang fikirannya sederhana saja".
Tidak was-was, cukup dengan garis besarnya saja dari hal iktiqad. Ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Sju-Abil Iman. Karena itu maka leluhur kita suka melarang orang bercakap yang sia-sia dan tidak penting; jangan suka mengkritik urusan orang lain, urus saja, kaji saja, soal bagaimana supaya ibadah sah, supaya kamu bisa mencari rezeki yang halal.
Boleh saja kamu menjadi tukang sepatu, jadi petani, atau jadi doktor, pokoknya jangan mengkritik urusan sesuatu, kalau bukan ahlinya!!!. Leluhur kita suka memberi nasihat demikian. Karena kasihan, gunanya belum tentu, tapi bahayanya sudah nampak. Garis besarnya adalah sebagaiman berikut:
Apa yang terdapat dalam Al-Quran saya percaya dan kalau ada ayat-ayat Al-Quran yang saya tidak mengerti, saya serahkan kepada Allah swt dan apa yang dalam hadits saya percaya. Bagi orang-orang awam yang bukan ahli, garis besarnya, cukup demikian, pokoknya kita jangan menyekutukan Tuhan dengan apa, pegang saja laisa kamislihi syai'un. Apa yang terlintas di hati, sebetulnya hanya buatan hati saja, sebaik saja timbul waswas yang dilakukan oleh syaitan, maka tolaklah itu. Bagaimana Allah itu ??? Wallahu a'lam.
Allah sendiri Yang Tahu, Adapun tentang diri kita sendiripun, kita tidak tahu, apalagi zat Allah swt. Kerana leluhur kita suka melarang, jangan main ta'wil-ta'wilan terus diselindungi dengan Ayat Al-Quran, katanya agar dimengerti oleh fikiran yang sehat, akhirnya ketika dicocokkan dengan undang-undang alam, padahal teori itu berubah.
Dulu ada orang yang suka mencocokkan ayat-ayat Al-Quran dengan teori-teori ilmu fisika dan sebagainya, akhirnya teori-teorinya itu berubah. Orang yang berbuat demikian itu sudah mati dan tafsirannya hanya menjadi sampah belaka.
Sebab sudah ternyata teorinya itu bisa berubah, sedangkan dia sudah mendasarkan tafsirnya pada Al-Quran bagi teori-teori itu, lalu dibawanya mati, ini berbahaya sekali.
Karena itu, kita jangan mencoba-coba berani menafsirkan Al-Quran hanya atas dasar pikiran raba-raba saja. Sebab ilmu pengetahuan , baik yang lama maupun yang moden, dasarnya hanya pengalaman dan percobaan yang hanya merupakan perhitungan saja.
Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kita berani mendasarkan i'tikad yang hanya didasarkan pada hasil perhitungan saja. Sebaiknya kita mengetahuinya secara global saja, sebab hal itu ada yang melarang, agar pintunya jangan dibuka sama sekali. Kerana ada orang yang mendapat ilham dari Allah dengan dibersihkan hatinya dan inkisyaf, sebelum mati sudah inkisyaf, nanti setiap orang juga inkisyaf, meskipun bukan Wali. Namun Aulia Allah pun tempo-tempo selagi hidup sudah inkisyaf.
Para Wali tahu akan adab kesopanan, mereka diam, karena tidak ada bahwa yang cukup menerangkannya, seandainya hal ini dibahas maka akan banyak sekali bahaya-bahayanya. Tanjakan-tanjakannya sulit, akal lahir tidak mampu kalau dipakai untuk menyusun/mengoreksi sifat dan Zat Allah swt. Dan didekatinya oleh Arifin itu dengan rasa saja, tidak dengan akal lahir tapi dengan rasa batin. Dan rasa batin itu belum ada bahasanya, hanya tempo-tempo beliau-beliau itu mengadakan istilah untuk dipakai di antara beliau-beliau saja. Ini sebab yang pertama.
yang kedua bagi Suul Khotimah itu, kerana imannya saja yang lemah dan lemah iman itu banyak sebab-sebabnya, sebahagian besar dari campur gaul. Kalau orang bercampur gaul dengan orang-orang yang lemah imannya, apalagi bergaul dengan orang -orang yang suka mengejek, maka akan makin lemah saja imannya. Dan juga dari bacaan-bacaan; kalau orang sudah cenderung membaca apa-apa yang bisa melemahkan iman, akhirnya orang itu jadi atheis, dan benar-benar kufur.
Kedua, sebab dari lemah iman itu ditambah oleh suatu istilah: hatinya dikuasai oleh hubbud-dunya. Sudah imannya lemah, dikuasai pula oleh hubbud-dunya. Mementingkan diri sendiri dalam soal-soal keduniawian itu artinya hubbu-dunya. Kalau iman sudah lemah, cinta kepada Allah juga jadi lemah, dan kuat cintanya kepada dunia yang berarti mementingkan diri sendiri dalam soal-soal keduniawian. Akhirnya kalau sudah dikuasai betul-betul hubbud dunya, tidak ada tempat untuk cinta kepada Allah S.W.T.
Hanya itu saja yang terlintas dihati; Oh, cinta kepada Allah, Allah pencipta diriku. Tapi pengakuan ini hanya merupakan hiasan bibir batin saja. Hal inilah yang meyebabkan dia terus menerus melampiaskan syahwatnya, sehingga hatinya menghitam dan membatu, bertumpuk-tumpuk kegelapan dosa itu dihatinya. Imamnya semakin lama, semakin padam; akhirnya hilang sama sekali dan jadilah ia kufur, hal ini sudah menjadi tabiat.
Firman Allah S.W.T.:
"Hati mereka itu sudah dicap, jadi mereka tidak bisa mengerti".
Dosa mereka merupakan kotoran yang tidak bisa dibersihkan dari hatinya. Kalau sudah datang sakaratul maut, maka cinta mereka kepada Allah semakin lemah, sebab mereka merasa berat dan sedih meninggalkan dunianya, karena keduniawian sudah menguasai diri mereka. Setiap orang yang meninggalkan kecintaannya tentu akan merasa sedih lalu timbul dalam fikirannya :
"Kenapa Allah mencabut nyawaku ?"
Kemudian berubah hati murninya, sehingga dia membenci takdir Allah. Kenapa Allah mematikan aku dan tidak memanjangkan umurku ? Kalau matinya dalam keadaan demikian, maka ia mati dalam keadaan Suul Khotimah,
naudzubillah.
Demikianlah keterangan singkat dari Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.
Sumber : Masuk